RP4 Episode 7 : Etika dalam Bermedia Digital
|
Media sosial sangat lekat dalam kehidupan sehari-hari. Informasi selalu hadir beragam dan terbaharui setiap detik dalam 24 jam. Namun terkadang informasi yang beragam tersebut bukanlah realita yang terjadi atau hoaks namun mudah viral ke seluruh media sosial. Hoaks dalam pemilu erat kaitanny adengan kampanye hitam yang tentunya mengganggu pesta demokrasi. Sehingga penting untuk menyebarluaskan perang melawan hoaks.
Bawaslu Kota Jakarta Barat aktif dalam mengkampanyekan pentingnya literasi bermedia sosial lewat Ruang Perempuan Pemilu dan Pengawasan Partisipatif Episode 6 dengan tema Etika dalam Bermedia Digital. Acara yang diadakan pada Kamis 22 Juli 2022 ini menghadirkan pemateri Desi Rahmawati selaku dosen dan peneliti Universitas Negeri Jakarta. Desi menjelaskan terkait etika dalam bermedia sosial dengan penjelasan yang mudah dipahami. Beliau menerangkan semakin giat seseorang belajar mencari kebenaran informasi maka akan semakin besar pilihannya untuk membagikannya ke orang lain atau tidak. Mencegah hoaks tidak dapat dilakukan oleh satu individu namun juga berbagai kalangan agar dapat terhenti.
“Ketika orang mau membaca suatu informasi artinya tinggal mau atau tidak tidak mempelajari apakah berita itu benar atau tidak. Dengan mempelajari informasi itu kita bisa memilh informasi yang benar.” Ujar Desi.
Seseorang mendapatkan informasi juga tergantung dari apa yang ingin dicari, jika ingin informasi yang baik maka akan mendapat informasi yang positif. Media sosial juga sudah menjadi media eksistensi diri ke orang terdekat bahkan orang yang tidak dikenal. Bahkan informasi terkait perundungan dapat dengan mudah diterbitkan di media sosial bahkan dibagi-bagikan oleh pengguna sosial baik, hal ini tentunya tidak baik jika ditonton oleh anak-anak. Ujaran kebencian kepada artis juga mudah terbaca di media sosial sehingga dapat menurunkan eksistensi artis tersebut. Media sosial berfungsi sebagai pengetahuan, mempromosikan suatu produk, menjaga perdamaian, bahkan kolaborasi positif.
“Jangan men-share info di media sosial sebelum diperiksa kebenarannya. Bagaimana mengolah informasi untuk memastikan informasi tersebut benar atau salah. Itu adalah tantangan literasi digital ke depan harus lebih dikuasai. Informasi yang berguna dibagikan, jika palsu cukup berhenti di kita atau laporkan.” Ungkap Desi.
Berperan sebagai pengguna yang bijak dan bertanggung jawab untuk membantu memfilter informasiitu berguna merupakan kewajiban para pengguna media sosial.
“Kadang niat kita bagus untuk berbagi informasi, tapi pastikan sumbernya benar. Lebih baik info tersebut kita berikan pada yang expert.” Lanjut Desi.
Media sosial sangat berperan dalam persatuana tau untuk perseteruan terlebihpada masa kampanye pemilu serentak 2024 nanti. Pastikanujaran kebencian pada saat pemilu dapat diminimalisir agar dapat terjaga persatuan dan kesatuan bangsa hingga pasca pemilu serentak 2024.
Pen: AP