Roadshow Bawaslu Jakarta Barat di SMA Santo Kristoforus 1: Tingkatkan Partisipasi Pemuda dan Tekan Angka Golput
|
Jakarta, 29 Agustus 2025 – Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat, khususnya generasi muda, dalam proses demokrasi, Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Barat menggelar Roadshow Sosialisasi Hukum Pemilu Episode II. Kegiatan yang berlangsung pada Jumat, 29 Agustus 2025, di Gedung Aula SMA Santo Kristoforus 1 ini dihadiri oleh anggota Bawaslu, civitas akademika tenaga pendidik, serta siswa-siswi sekolah setempat.
Sambutan Hangat dari Kepala Sekolah
FX Sri Wahyudi, Kepala SMA Santo Kristoforus 1, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas dipilihnya sekolahnya sebagai tuan rumah kegiatan ini.
“Kami menyambut baik roadshow yang dilaksanakan oleh Bawaslu Jakarta Barat.Dengan adanya roadshow ini, diharapkan dapat membuka cakrawala baru dan menambah wawasan bagi siswa-siswi Santo Kristoforus 1 mengenai kinerja Bawaslu dalam mengawasi pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah,” ujarnya.
Beliau juga berharap kerja sama ini dapat berlanjut di masa mendatang.
Peran Bawaslu vs KPU: Mempertegas Fungsi Pengawasan
Anta Ovia Bancin, Anggota Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Barat, memaparkan peran utama Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu.
“Bawaslu bertugas mengawasi seluruh tahapan pemilu yang dilaksanakan oleh KPU.Meski sama-sama penyelenggara pemilu, Bawaslu dan KPU memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. KPU sebagai fasilitator, sedangkan Bawaslu sebagai pengawas,” jelas Anta.
Selain KPU,objek pengawasan Bawaslu juga mencakup peserta pemilu, seperti calon presiden, wakil presiden, dan calon anggota dewan.
Mengenal Pilkada dan Tantangan Partisipasi Publik
Narasumber sekaligus pegiat pemilu, Miartiko Gea, memberikan penjelasan mendasar tentang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) sebagai wujud demokrasi lokal di Indonesia. Ia juga mengangkat tantangan utama dalam setiap penyelenggaraan pemilu: tingkat partisipasi masyarakat.
“Dilema terbesar adalah bagaimana meningkatkan partisipasi,menekan angka apatisme, golput, dan gerakan baru seperti ‘Gercos’ (Gerakan Coblos Semua),” ujarnya.
Miartiko memaparkan secara rinci beberapa jenis dan penyebab golput (golongan putih) yang kerap terjadi:
1. Golput Politis: Disebabkan ketidakpercayaan terhadap penguasa, partai politik, atau kandidat.
2. Golput Geografis: Terkendala tempat tinggal, seperti berada di luar daerah pemilihan.
3. Golput Sistematis: Akibat kesalahan dalam proses pendaftaran pemilih oleh pantarlih.
4. Golput Teknis: Suara dinyatakan tidak sah oleh KPPS meskipun pemilih sudah datang ke TPS.
5. Golput karena Ketidaktahuan: Tidak mengetahui adanya gelaran pilkada.
Faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, kesadaran politik, kepercayaan terhadap proses, kualitas kandidat, dan kondisi sosial ekonomi juga turut mempengaruhi partisipasi masyarakat.
Kesimpulan dan Harapan Ke Depan
Dari seluruh rangkaian diskusi, dapat disimpulkan beberapa poin penting:
· Masyarakat diharapkan aktif terlibat dalam pengawasan tahapan pemilu, terutama pada masa kampanye, masa tenang, serta pemungutan dan penghitungan suara.
· Pemilu di Jakarta diharapkan dapat menjadi barometer pemilu yang baik dan patut dicontoh daerah lain.
· Berbagai bentuk golput perlu dipahami dan diatasi bersama untuk menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan partisipatif.
Kegiatan roadshow ini diakhiri dengan dokumentasi foto bersama, menandai komitmen bersama untuk mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam menjaga kedaulatan demokrasi Indonesia.
Notulen: Fachrur Rozi
Editor: Derinah