Lompat ke isi utama

Berita

Refleksi 1 Juni: Menilik Kembali Makna Penting Kelahiran Pancasila Secara Esensi, Revitalisasi dan Historis

Jika mengingat tentang Pancasila maka tentu identik dengan Soekarno dan ingatan kita akan dipertemukan pada satu sosok tersebut yang cukup familiar sepanjang sejarah bangsa Indonesia. Sosok pemuda yang tengah muncul diawal kegemilangan karirnya sebagai Ketua PPKI dan esensi peranya dalam sidang BPUPKI pada awal sejarah persiapan kemerdekaan Indonesia. Kemudian progresifitas dan kritisme gerakan serta penalaranya dalam aspek perjuangan nasionalisme-patriotisme Indonesia, pergerakan organisasi kepemudaan dan sejumlah gerakan kaum terpelajar HBS sebagai jembatan menuju cita-cita bangsa yang merdeka. Sebutan “Jong” atau “Young” dan kemudian beralih menjadi “Pemuda Jawa” atau “Jong Java” kerap disandingkan dengan Soekarno. Kiprahnya sejak muda hingga menjadi Founding Father,  Proklamator, Orator, dan Narator handal tidak dapat dilepaskan dari peran Djokroaminoto sebagai gurunya.  

Satu kutipan dalam pidato Soekarno ini akan mengantarkan kita mengingat kembali  bagaimana esensi fakta sejarah di masa lalu dapat direfleksikan secara nilai historis dan makna substansinya dalam proses dilahirkanya Pancasila. ”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara.” Pidato Soekarno ini erat kaitanya dengan proses kelahiran pancasila dan satu representatif deskripsi sebuah harapan besar suatu bangsa yang ingin bebas merdeka dari kondisi terjajah dalam konteks kala itu kuasa Fasisme Jepang di Indonesia.

Mengapa 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila, hal tersebut dapat kita telisik dari judul pidato yang disampaikan Soekarno dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau “Dokuritsu Junbi Cosakai” penyebutan dalam bahasa Jepang. Pidato yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 1945 itulah yang kemudian menjadi satu konsep dasar dan rumusan besar lahirnya "Pancasila". Pancasila untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia yang bebas merdeka. Pidato yang disampaikan Soekarno secara aklamasi ini disebut sebagai "Lahirnya Pancasila" oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat kala itu menjabat sebagai ketua BPUPKI bentukan Jepang.

Beberapa fakta penting lainya secara eksternal juga menjadi faktor yang mendukung kelahiran pancasila dapat kita telisik dari bagaimana era Fasisme kuasa Jepang diterapkan di Indonesia, hingga terjadinya kekosongan kuasa atau “vacum of power” Jepang atas Indonesia. Peristiwa paling berpengaruh dalam sejarah dunia yang juga ikut menandai berakhirnya kuasa Jepang atas Indonesia adalah Bom Atom yang diledakan Amerika Serikat di dua kota pusat militer di Jepang yakni Nagasaki dan Hiroshima mengantarkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Peristiwa itu melatarbelakangi ditariknya basis pasukan tentara militer pertahanan kekuasaan Jepang di Indonesia. Berakhirnya Perang Dunia ke-II yang juga mencetuskan Amerika Serikat sebagai negara adidaya secara langsung mengakhiri perang Pasifik dan kuasa jepang atas Indonesia.

Menjelang kekalahan tentara kekaisaran Jepang di akhir perang Pasifik, tentara pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia juga menjadi latarbelakang dibentuknya Dokuritsu junbi Cosakai/Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" atau BPUPKI oleh Jepang. Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dan mengalami kebuntuan, ini adalah satu bentuk manuver Jepang untuk tetap mempertahanan kekuasaannya di Indonesia dengan “Janji Kemerdekaan”. Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil yang bertugas merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tadi. Lainnya adalah fakta pembentukan Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks proklamasikan kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi, esensi dan historis tentang bagaimana dan mengapa pancasila dilahirkan tentu menjadi tonggak bagi segala proses bangsa ini mencapai tujuanya yakni menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari keterjajahan bangsa lain.

Penulis: Fitriani Djusuf

Editor: WG

Tag
Uncategorized