NGOPI BAWASLU EPISODE 8 "Refleksi Peningkatan Hari Kartini dalam Perspektif Perempuan Penyelenggara Pemilu"
|
Jakarta – Jumat 30 april 2021, Bawaslu kota Administrasi Jakarta Barat mengadakan kembali ngopi bawaslu episode ke 8. Episode kali ini bertemakan Refleksi Peningkatan Hari Kartini dalam Perspektif Perempuan Penyelenggara Pemilu. Kegiatan ini di mulai pada pukul 14.00 WIB melalui aplikasi zoom yang di moderatori langsung oleh Melia, S.Pd selaku staff Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh pegiat pemilu, pemantau pemilu, staf Bawaslu serta mahasiswa.
Kegiatan diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh Dwi Hening Wardani S.H selaku Plt. Korsek Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Barat. Beliau menyampaikan bahwa Perspektif Perempuan Penyelenggara Pemilu dalam rangka memperingati hari lahir Kartini turut memiliki andil yang sangat besar dalam kemajuan kaum wanita. Selanjutnya, penyampaian pengantar diskusi oleh Fitriani, M.Pd selaku Anggota Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Barat.
Fitri menyampaikan tujuan kegiatan ini. “Pentingnya merevitalisasi nilai-nilai luhur dari Kartini serta merefleksi apa saja buah dari perjuangan Kartini yang dampaknya pada seluruh bangsa Indonesia”, ujarnya. Fitri juga membacakan beberapa kutipan surat yang ditulis oleh Kartini. “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya”, tambah Fitri . “Ini merupakan suatu refleksi seseorang perempuan atau seorang gadis memiliki kecakapan, kecerdasan dan kecerahan maka sudah tentu pandangan – pandangannya akan diperluas, baik secara pengetahuan maupun secara pendidikan dijadikannya alat pembebasan untuk dirinya sendiri dan RA Kartini ini sosok pahlawan perempuan bisa diikuti jejaknya”, Jelas Fitri.
Kegiatan ini diisi oleh Narasumber yaitu, Nuraini, S.Pd (Anggota KPU Jakarta Barat) serta Choirunnisa Marzoeki, S.Psi (Ketua Bawaslu Kota Bekasi). Nuraini atau yang akrab disapa Kinung menyampaikan tentang peringatan hari kartini dalam perspektif penyelenggara pemilu. “Dunia tanpa perempuan itu sama dengan dunia tanpa kegilaan, kesenangan terus dan petualangan cinta, perhatian emosi. Dunia tanpa wanita seperti huruf tanpa vokal”, ujarnya.
Selanjutnya ia juga menyampaikan data-data hasil penelitian terkait jumlah partisipasi perempuan distruktural KPU. Kinung juga menyampaikan “Untuk menjadi penyelenggara pemilu, kemampuan seorang perempuan masih sangat rendah hal ini ada beberapa alasan seperti masalah kultural dan juga budaya stigma yang kurang positif terhadap politik”, jelasnya. Selanjutnya di jelaskan oleh narasumber kedua yaitu Choirunnisa Marzoeki, S.Psi atau biasa disapa ibu Nong.
Nong menjelaskan tentang bagaimana peringatan hari Kartini dalam perspektif peyelenggara pemilu, yang membedakan Kartini dengan pahlawan lainnya ia mewariskan tulisan dan ia dikenal sebagai manusia Indonesia baru. “Diperlukan adanya intervensi struktural sebagai tindakan darurat dalam memperbaiki ketimpangan gender disegala bidang”, jelas Nong. Nong juga menambahkan bahwa keterwakilan seorang perempuan di parlemen masih sangat rendah sehingga kuota perempuan masih dibutuhkan dan juga pengalaman hidup perempuan memiliki nilai yg khasyang dirasakan oleh perempuan dan nilai – nilai tersebut melahirkan cara dan etika yang berbeda dengan laki – laki.
Penulis: Ismail
Editor: Mel
